Gerhana Matahari Total 1.1 |
Menyaksikan gerhana matahari total (GMT) 9 Maret 2016 adalah peristiwa langka yang dinantikan setiap orang khususnya masyarakat Indonesia. Pda 1983, Indonesia juga disambangi gerhana matahari di 12 provinsi. Siapapun tentunya tak mau melewatkan momen langka yang belum tentu bisa disaksikan lagi sepanjang usia kita bukan?
Namun, selalu beredar banyak kabar yang simpang siur. Ada ketakutan gerhana matahari dapat menyebabkan kerusakan pada mata atau menyebabkan kebutaan jika orang awam tak hati-hati menyaksikannya. Benarkah demikian?
Pengamat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Roro Priyatikanto mengatakan, menyaksikan GMT tidak menyebabkan kebutaan asal dilakukan dengan cara yang benar. Sebab cahaya matahari saat gerhana terjadi, tidak ada bedanya dengan cahaya matahari di hari-hari biasa. Intensitas cahaya, kata dia tetap sama.
"Kalau tidak lihat dengan hati-hati bisa merusakan mata. Jangan memaksakan diri tanpa proteksi," kata Roro.
Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin |
Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana Matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina mata.
Karena cepatnya peredaran Bumi mengitari matahari, gerhana matahari tak mungkin berlangsung lebih dari 7 menit dan 58 detik jadi jika ingin melihatnya lakukan sesegera mungkin.
"Cahaya matahari bisa buat kornea kabur. Cahaya infrared yang masuk ke kornea bisa menyebabkan katarak atau kerusakan pada retina," jelas Roro.
Gerhana total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Menurut Roro, momen inilah kita baru menyasikan matahari dengan mata telanjang atau tanpa alat bantu sekalipun.
Gerhana Matahari Total 1.2 |
"Hanya boleh saat gerhana total. Cahaya matahari sudah teduh dan bahkan dianjurkan untuk menyaksikannya," tandas Roro.
Gerhana matahari total tentu tidak menyebabkan kebutaan. Dan, momen inilah justru yang kita tunggu-tunggu untuk menyaksikan matahari tanpa takut tersengat cahaya atau kerusakan pada mata.
Pendapat serupa disampaikan Kepala Pusat Sains dan Antariksa, Clara Yono Yatini. ada satu filter khusus yang bisa mengurangi radiasi hingga ratusan ribu kali yang diharapkan digunakan saat proses terjadinya GMT. Alat itu bisa dilepas jika sudah pada puncak GMT.
"Kalau kita tidak punya (alat canggih) bisa menggunakan teknik lubang jarum dengan proyeksinya di air misalnya," imbuhnya.
Intinya, bagi semua orang - amatir maupun profesional - yang hendak mengabadikan gerhana harus ingat kata kunci dari Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin.
"Kata kuncinya 'berhati-hati' dan 'jangan lama-lama' berlaku untuk pengamatan gerhana matahari. Pada saat total, kita boleh melihat langsung tanpa alat karena cahaya korona sangat lembut," tandasnya.
0 Response to "Tips Lengkap Cara Melihat Gerhana Matahari Total"
Posting Komentar